Pages

PAHLAWAN BANGSA (cerpen karya siswa)

Senin, 09 November 2015

Sherli Intan

                Matahari memancarkan panasnya. Dicampur dengan  debu-debu yang berterbangan membuat udara kota semakin terasa tercemar. Apalagi ditambah dengan asap knalpot.
                Meskipun Siska berada di dalam mobil , tetapi Ia tidak merasakan bagaiman udara kota.        “ Ayah apa yang dilakukan orang itu?” tanya Siska kepada Ayahnya sambil menunjuk orang yang memungut sampah di tong sampah. “ Oh, itu pekerjaan sehari-harinya memungut sampah di tong sampah untuk dijual.” Jawab Ayah sambil tersenyum. “Emangnya sampah laku dijual? Perasaan Siska ga laku deh, sampah kan barang bekas yang tidak digunakan lagi.” Tanya Siska semakin penasaran.      “ Kamu betul Siska, tapi sampah dibagi menjadi dua yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik digunakan untuk komposter, dan sampah anorganik biasanya disulap menjadi benda yang bermanfaat.” Jelas Ayah panjang lebar. “ Sekarang kamu ikut Ayah ke suatu tempat.” Sambung Ayah. Siska tidak menjawab karena asik bermain boneka.
                Sesampainya di TPA, Ayah mengajak Siska turun dari mobil. “Ayah, kenapa kita di tempat yang penuh sampah?” Ayah tidak menjawab pertanyaan Siska.
                “Pak Hendra.” panggil seorang pria yang usianya sekitar 40 tahun sambil berlari menuju Siska dan Ayahnya. “ Eh, Pak Budi. Apa kabar Pak?” “ Kenalkan ini anak saya, namanya Siska.” Kata Ayah kepada orang itu yang sepertinya bernama Pak Budi. “ Oh, ini to yang namanya Siska, cantik ya. Pak, ngomong-ngomong mengapa Anda kesini?”tanya Pak Budi. “Oh, seperti biasanyasebelum lebaran sayaakan memberikan parselke seluruh pemulung yang bekerja disini.” Kata Ayah.
                “Oh, saya mewakili pekerja disini mengucapkan terimakasih .” kata Pak Budi. “ Eh, Erfan, Bagus cepat ambil parsel di mobil Pak Hendra dan segera bagikan ke pekerja yang kerja disini.” Perintah Pak Budi kepada anak buahnya. “ Mari Siska, Pak Hendra duduk di kursi di sebelah sana.” Ajak Pak Budi.
                Kami berjalan ke arah kursi dan duduk disan. “Pak Budi, apakah pemulung juga bisa disebut pahlawan? Tanya Siska kepada Pak Budi. “ tentu saja Siska karena para pemulung mempunyai jiwa kepahlawanan. Mereka bisa mengambil sampah di tong sampah dan melawan panas matahari.” Jawab Pak Budi dengan penuh kasih sayang. “ Oh, begitu ya. Jadi Siska harus berterima kasih dongkepada para pemulung. Karena mereka membuat kota menjadi bersih.” Kata Siska. Pak Budi dan Pak Hendra hanya tersenyum.
Keesokan harinya.
                Siska menceritakan pengalaman itu kepada teman-temannya. Ketika Bu Guru memasuki kelas Siska bertanya “ Bu Guru, apakah Bu Guru bisa disebut pahlawan?” tanya Siska. “ Anak-anak para guru bisa disebut pahlawan karenasudah mengajari anak bangsa supaya menjadi anak yang lebih baik. Maka dari itu kalian tidak boleh durhaka kepada guru. Karena guru adalah salah satu pahlawan bangsa.” Jawab Bu Guru. Hari ini dan kemarin adalah hari yang berkesan bagi Siska.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar