Pages

TIM JINGGLE SDN BUBUTAN IV RAIH JUARA 2 KATEGORI SD

Kamis, 26 November 2015



Pelaksanaan Lomba Jingle Lingkungan Hidup Surabaya Eco School 2015 yang diselenggarakan Tunas Hijau bersama Pemerintah Kota Surabaya dan Perusahaan Otobus (PO) Mentari Pagi di Taman Prestasi Surabaya, Jalan Ketabang Kali, Minggu (22/11) berlangsung heboh. Berikut ini adalah peringkat Lomba Jinggle lingkungan hidup 2015 Kategori SD:

Juara I SDN KALIASIN I
Juara II SDN BUBUTAN IV
Juara III SDN PRADAH KALIKENDAL I

Tim Jinggle SDN Bubutan IV Tampilheboh dalam Lomba Jinggle Lingkungan Hidup 2015

29 tim sekolah dari 32 tim sekolah yang terdaftar tampil pada pelaksanaan lomba yang mengangkat tema konservasi air ini. Tim jingle yang hadir adalah SMPN 11, SDIT AL-USWAH, SDN BUBUTAN IV, SMPN 4, SDN KALIASIN I, SMPN 1, SMAN 12, SMPN 23, SMAN 19, SMAN 3, SMPN 25, SMPN 40, SMPN 9, SMKN 5 dan SDN DUKUH MENANGGAL I.

Tim lainnya yang tampil adalah SMAN 18, SMAN 5, SMPN 41, SMAN 8, SMAN 20, SMK ADHIKAWACANA, SMAN 16, SMPN 12, SMPN 26, SMPN 50, SMK Farmasi, SMPN 37
SMPN 7, SDN Pradah Kalikendal I dan SMPN 5. Ada tiga tim jingle lingkungan hidup yang batal tampil adalah tim jingle SMPN 17, SMPN 12 dan SMAN 9 Surabaya.

Tim Jinggle SDN Bubutan 4 tampil dengan melibatkan 6 siswa dan 1 guru. Para siswa tersebut terdiri dari 5 vokal dan 1 penabuh drum yang terbuat dari ember bekas. Sedangkan gurunya memainkan gitar. Tim tampil dengan nomor urut yang ke – 3. Dengan pakaian daur ulang, tim Jinggle SDN Bubutan IV mampu menghipnotis para penonton.

Lagu dan Lirik yang dimainkan merupakan karangan murni dari tim ini. Dengan irama yang “easy listening” dan “fun”, menjadikan lagu ini cocok dinikmati siapa saja mulai dari anak-anak, remaja bahkan orang dewasa sekalipun. Pada lomba jinggle tahun 2013, SDN Bubutan IV tampil sebagai juara 1. Pada lomba kali ini pun, tim berharap menjadi yang terbaik. Mereka sudah bekerja keras mengerahkan kemampuannya secara maksimal.

Para pemain dan pendamping Tim Jinggle SDN Bubutan IV tahun 2015

Berikut ini adalah Lirik Jinggle SDN Bubutan IV

INDAH, HIJAU, BERSIH

Come on love the earth, save the water in the world 2X
Huuuuu.... huuuuu....ha.........

Verse : 1
Mari kawan semua slamatkan
Tanam sejuta pohon dan biopori tuk jaga sumber air

Verse : 2
Mari Hematlah air, ciptakan kebersihan disekitarmu
Reduce, reuse, recycle
Wujudkan lingkungan subur, nyaman asri
Pa...pa...rapapapa ....

Bridge :
Menjaga kotamu indah
Lestari permai dan subur
Mari lakukan bersama Eco School

Chorus :
Indah ..... Kotaku tercinta
Hijau ......  taman bertebaran
Bersih ...... bebas dari Polusi
Mari Peduli
Demi Masa Depan

Ending :
Yo ayo  bersama Eco School kita beraksi
Yo Ayo bersama Tunas Hijau kita beraksi
Yo Ayo bersama Lakukan konservasi air
Yo Ayo bersama Sukseskan program surabaya .....

Para Personil Tim Jinggle SDN Bubutan IV

1. Morla                     : Vocalis
2. Naufan                   : Vocalis         
3. Nur Amelia             : Vocalis
4. Irfan Makoto          : Vocalis
5. Aulia                      : Vocalis
6. Risky                     : Drummer
7. Kak Triska            : Gitaris

Koordinator dewan juri, yang juga Aktivis Senior Tunas Hijau Sugeng, menyampaikan bahwa kualitas penampilan tim peserta sudah mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan pelaksanaan lomba serupa dalam dua tahun sebelumnya. “Sudah semakin banyak tim peserta yang tampil keren. Banyak jingle atau lagu lingkungan hidup yang layak diperdengarkan kepada publik juga,” ujar Sugeng seusai penampilan seluruh tim peserta.

PAHLAWAN BANGSA (cerpen karya siswa)

Senin, 09 November 2015

Sherli Intan

                Matahari memancarkan panasnya. Dicampur dengan  debu-debu yang berterbangan membuat udara kota semakin terasa tercemar. Apalagi ditambah dengan asap knalpot.
                Meskipun Siska berada di dalam mobil , tetapi Ia tidak merasakan bagaiman udara kota.        “ Ayah apa yang dilakukan orang itu?” tanya Siska kepada Ayahnya sambil menunjuk orang yang memungut sampah di tong sampah. “ Oh, itu pekerjaan sehari-harinya memungut sampah di tong sampah untuk dijual.” Jawab Ayah sambil tersenyum. “Emangnya sampah laku dijual? Perasaan Siska ga laku deh, sampah kan barang bekas yang tidak digunakan lagi.” Tanya Siska semakin penasaran.      “ Kamu betul Siska, tapi sampah dibagi menjadi dua yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik digunakan untuk komposter, dan sampah anorganik biasanya disulap menjadi benda yang bermanfaat.” Jelas Ayah panjang lebar. “ Sekarang kamu ikut Ayah ke suatu tempat.” Sambung Ayah. Siska tidak menjawab karena asik bermain boneka.
                Sesampainya di TPA, Ayah mengajak Siska turun dari mobil. “Ayah, kenapa kita di tempat yang penuh sampah?” Ayah tidak menjawab pertanyaan Siska.
                “Pak Hendra.” panggil seorang pria yang usianya sekitar 40 tahun sambil berlari menuju Siska dan Ayahnya. “ Eh, Pak Budi. Apa kabar Pak?” “ Kenalkan ini anak saya, namanya Siska.” Kata Ayah kepada orang itu yang sepertinya bernama Pak Budi. “ Oh, ini to yang namanya Siska, cantik ya. Pak, ngomong-ngomong mengapa Anda kesini?”tanya Pak Budi. “Oh, seperti biasanyasebelum lebaran sayaakan memberikan parselke seluruh pemulung yang bekerja disini.” Kata Ayah.
                “Oh, saya mewakili pekerja disini mengucapkan terimakasih .” kata Pak Budi. “ Eh, Erfan, Bagus cepat ambil parsel di mobil Pak Hendra dan segera bagikan ke pekerja yang kerja disini.” Perintah Pak Budi kepada anak buahnya. “ Mari Siska, Pak Hendra duduk di kursi di sebelah sana.” Ajak Pak Budi.
                Kami berjalan ke arah kursi dan duduk disan. “Pak Budi, apakah pemulung juga bisa disebut pahlawan? Tanya Siska kepada Pak Budi. “ tentu saja Siska karena para pemulung mempunyai jiwa kepahlawanan. Mereka bisa mengambil sampah di tong sampah dan melawan panas matahari.” Jawab Pak Budi dengan penuh kasih sayang. “ Oh, begitu ya. Jadi Siska harus berterima kasih dongkepada para pemulung. Karena mereka membuat kota menjadi bersih.” Kata Siska. Pak Budi dan Pak Hendra hanya tersenyum.
Keesokan harinya.
                Siska menceritakan pengalaman itu kepada teman-temannya. Ketika Bu Guru memasuki kelas Siska bertanya “ Bu Guru, apakah Bu Guru bisa disebut pahlawan?” tanya Siska. “ Anak-anak para guru bisa disebut pahlawan karenasudah mengajari anak bangsa supaya menjadi anak yang lebih baik. Maka dari itu kalian tidak boleh durhaka kepada guru. Karena guru adalah salah satu pahlawan bangsa.” Jawab Bu Guru. Hari ini dan kemarin adalah hari yang berkesan bagi Siska.

DI BALIK GUBUK TUA (cerpen karya siswa)


Morla Secharissa
Suara kokok ayam dan kicauan burung serasa memaksaku untuk membuka kedua mataku. Kulihat jam dinding yang tergantung di sudut kamarku telah menunjukkan pukul 05.30 pagi. Aku segera mengambil kain handuk dan masuk ke kamar mandi. Mulai kugosokkan sebatang sabun ke tubuhku, tak lupa ku menggosok gigiku. Setelah selesai mandi, aku berjalan ke kamar dan membuka lemariyang menyimpan koleksi pakaianku. Kuambil sebuah baju bermotif batik lengan pendek dan sebuah celana ukuran 3 per 8 karena udara hari ini sepertinya cukup dingin. Sambil menunggu teman-teman, aku menyisir rambutku dan menaburkan bedak ke wajahku. Tak lama kemudian teman-teman datang menjemputku dan mengajakku bermain.
Hari ini adalah hari Minggu dimana hari waktu aku berkumpul dan ber bermain bersama teman-teman. Kali ini temanku memilih bermain petak umpet. Setelah 30 menit bermaink, kamipun beristirahat sejenak untuk menghilangkan rasa lelah. Aku dan teman-teman duduk bersandar di sebuah pohon yang ukurannya cukup besar. Saat aku sedang berbincang-bincang, tiba-tiba da seseorang yang menarik perhatianku. Dia adalah seorang pemulung tua yang sedang mengais sampah di dekat tempat aku dan tema-teman beristirahat.
Sudah tiga bulan lamanya kami melihat pemulung tua itu dan aku dengar pemulung itu bernama Nek Halimah, kamipun membantu Nek Halimah mengumpulkan sampah. Setelah berkeliling dari tiap rumah, akhirnya kami semua mengantarkan Nek Halimah pulang ke rumahnya yang kebetulan tidak jauh dari perumahanku. Keibaan kami bertambah setelah melihat keadaan rumah Nek Halimah yaitu sebuah gubuk tua reyotyang tidak layak huni ditambah lagi Nek Halimah hanya ditemani oleh cucu semata wayangnya yang masih berumur 6 tahun. Tetapi Nek Halimah tetap bersyukur atas apa yang Ia punya walaupun begitu banyak orang yang menghina dan mencaci makinya Ia tetap bersabar. Di gubuk tua yang reyot inilah Nek Halimah menggerakkan jari jemarinya untuk mendaur ulang sampah kemudian dijual, tak terasa setelah lama Kami membantu Nek Halimah ternyata matahari sudah berada di ufuk barat. Kamipun berpamitan dan pulang ke rumah masing-masing.
Setelah sekitar 3 bulan kami membantu Nek Halimah tibalah saatnya memasuki musim penghujan diman itu adalah bulan yang mengerikan karena aku tidak bisa membantu Nek Halimah dikarenakan hujan deras yang mengguyur perumahanku. Seteah musim penghujan berhenti, kami semua keluar untuk bermain dan seperti biasanya aku dan teman-teman tidak lupa untuk membantu dan mengunjungi Nek Halimah, tetapi tidak seperti biasanya aku melihat begitu banyak waratawan. Ternyata wartawan tersebut ingin mewawancarai Nek Halimah. Beberapa hari kemudian, kulihat di rumah Nek Halimah ramai dikunjungi para pengrajin dan beberapa direktur perusahaan yang memrsan banyak kerajinan dari bahan bekas. Aku dan teman-teman ikut senang dan turut membantu Nek Halimah yang kebanjiran pesanan.
Beberapa bulan kemudian, seperti biasanya aku dan teman-teman ke rumah Nek Halimah dan aku begitu terkejut ketika sampai di depan rumah Nek Halimah yang kulihat bukanlah gubuk tua lagi melainkan runtuhan dari puing-puing bangunan gubuk tua. Segera aku berlarike arah Nek Halimah dan kutanyakan “ Mengapa ini semua bisa terjadi, Nek?”. Namun perkiraanku meleset ternyata gubuk Nek Halimah dihancurkan karena akan dibangun sebuah toko karena salah satu dari pembeli barang kerajinan Nek Halimah menawarkan modal untuk membangun toko. Dan untuk sementara Nek Halimah dan cucunya tinggal di rumah warga setempat yang masih berbaik hati. Setelah sekitar 7 bulan lamanya Nek Halimah dan cucunya kembali karena pembangunan toko sudah terselesaikan. Tokopun segera dibuka dan banyak sekali pengunjung yang datang ke toko Nek Halimah. Kami semua merasa bahagia melihat kondisi ekonomi  Nek Halimah, sekarang Nek Halimah sudah bisa menyekolahkan cucunya. Mereka bisa hidup bahagia sekarang.

Kisah kehidupan Nek Halimah inilah yang menginspirasiku dan teman-teman untuk belajar bersabar, bersyukur, dan telaten. Ku ingat salah satu pesan Nek Halimah yaitu walaupun kita orang kecil, tetapi di dalam diri kita harus terdapat jiwa yang besar dan semangat yang tinggi.

BAKAR SEMANGAT KEPAHLAWANAN

Jumat, 06 November 2015

Dalam memperingati hari pahlawan dan puspa satwa sekolah menggelar berbagai acara untuk memperingatinya. Acara yang digelar diantaranya pelepasan burung ke alam bebas. Selain itu, acara yang mengusung tema kepahlawanan ini dimeriahkan dengan berbagai perlombaan seperti: story telling dengan bahasa suroboyoan, lomba parikan, lomba menulis cerpen, pemilihan duta literasi,dan  mewarnai.
Acara dimulai tepat pukul 7 di halaman sekolah. Acara dimulai dengan pelepasan burung oleh seluruh siswa yang dipimpin langsung oleh kepala sekolah. Sekitar seribu burung dilepaskan pagi ini dari halaman SDN Bubutan IV. Acara tersebut bertujuan untuk mengenalkan dan memb

erikan pemahaman kepada siswa bahwasannya hewan memiliki hak untuk hidup bebas di habitatnya. Sehingga diharapkan kelak mereka dapat melindungi habitat hewan di alam bebas.
Acara dilanjutkan dengan bazar. Bazar inipun bertujuan untuk mengenalkan kepada siswa makanan-makanan khas Surabaya seperti semanggi, jajan pasar, lontong sayur, gado-gado, dan makanan khas lainnya. Selain mengenal mereka diharapkan juga akan menyukai makanan makanan tersebut agar makanan tersebut tetap lestari. Selain itu ada juga hasil karya anak anak yang dijual di bazar ini.
Perlombaan yang di gelarpun tidak jauh dari tema perjuangan. Parikan dan story telling digelar dengan bahasa jawa dan suroboyoan. Hal ini bertujuan untuk melestarikan kebudayaan Surabaya yang mulai luntur. Duta literasi dan menulis cerpen bertujuan untuk mengasah keterampilan siswa dalam mengungkapkan ide dan kreatifitas mereka. Semoga dengan digelarnya acara semacam ini mampu menambah rasa cinta mereka terhadap kota Surabaya tercinta.Merdeka!!!! ( tien)