Sherli Intan |
Matahari memancarkan panasnya.
Dicampur dengan debu-debu yang
berterbangan membuat udara kota semakin terasa tercemar. Apalagi ditambah
dengan asap knalpot.
Meskipun Siska berada di dalam
mobil , tetapi Ia tidak merasakan bagaiman udara kota. “ Ayah apa yang dilakukan orang itu?”
tanya Siska kepada Ayahnya sambil menunjuk orang yang memungut sampah di tong
sampah. “ Oh, itu pekerjaan sehari-harinya memungut sampah di tong sampah untuk
dijual.” Jawab Ayah sambil tersenyum. “Emangnya sampah laku dijual? Perasaan
Siska ga laku deh, sampah kan barang bekas yang tidak digunakan lagi.” Tanya
Siska semakin penasaran. “ Kamu betul
Siska, tapi sampah dibagi menjadi dua yaitu sampah organik dan sampah anorganik.
Sampah organik digunakan untuk komposter, dan sampah anorganik biasanya disulap
menjadi benda yang bermanfaat.” Jelas Ayah panjang lebar. “ Sekarang kamu ikut
Ayah ke suatu tempat.” Sambung Ayah. Siska tidak menjawab karena asik bermain
boneka.
Sesampainya di TPA, Ayah
mengajak Siska turun dari mobil. “Ayah, kenapa kita di tempat yang penuh
sampah?” Ayah tidak menjawab pertanyaan Siska.
“Pak Hendra.” panggil seorang
pria yang usianya sekitar 40 tahun sambil berlari menuju Siska dan Ayahnya. “
Eh, Pak Budi. Apa kabar Pak?” “ Kenalkan ini anak saya, namanya Siska.” Kata
Ayah kepada orang itu yang sepertinya bernama Pak Budi. “ Oh, ini to yang
namanya Siska, cantik ya. Pak, ngomong-ngomong mengapa Anda kesini?”tanya Pak
Budi. “Oh, seperti biasanyasebelum lebaran sayaakan memberikan parselke seluruh
pemulung yang bekerja disini.” Kata Ayah.
“Oh, saya mewakili pekerja
disini mengucapkan terimakasih .” kata Pak Budi. “ Eh, Erfan, Bagus cepat ambil
parsel di mobil Pak Hendra dan segera bagikan ke pekerja yang kerja disini.”
Perintah Pak Budi kepada anak buahnya. “ Mari Siska, Pak Hendra duduk di kursi
di sebelah sana.” Ajak Pak Budi.
Kami berjalan ke arah kursi dan
duduk disan. “Pak Budi, apakah pemulung juga bisa disebut pahlawan? Tanya Siska
kepada Pak Budi. “ tentu saja Siska karena para pemulung mempunyai jiwa
kepahlawanan. Mereka bisa mengambil sampah di tong sampah dan melawan panas
matahari.” Jawab Pak Budi dengan penuh kasih sayang. “ Oh, begitu ya. Jadi
Siska harus berterima kasih dongkepada para pemulung. Karena mereka membuat
kota menjadi bersih.” Kata Siska. Pak Budi dan Pak Hendra hanya tersenyum.
Keesokan harinya.
Siska
menceritakan pengalaman itu kepada teman-temannya. Ketika Bu Guru memasuki
kelas Siska bertanya “ Bu Guru, apakah Bu Guru bisa disebut pahlawan?” tanya
Siska. “ Anak-anak para guru bisa disebut pahlawan karenasudah mengajari anak
bangsa supaya menjadi anak yang lebih baik. Maka dari itu kalian tidak boleh
durhaka kepada guru. Karena guru adalah salah satu pahlawan bangsa.” Jawab Bu
Guru. Hari ini dan kemarin adalah hari yang berkesan bagi Siska.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar